Hari Film Nasional 30 Maret 2024 - SDN 16 Salama
Dunia perfilman Indonesia ternyata memiliki sejarah yang panjang. Menghimpun dari beberapa sumber, film Indonesia sudah mulai diproduksi sejak zaman penjajahan Belanda dengan menelurkan film Loetoeng Kasaroeng dan Lily Van Shanghai pada 1926. Namun, dua film tersebut disutradarai oleh orang asing. Terlebih, produksi film tersebut menunjukkan adanya dominasi kaum Belanda dan China.
Selang 24 tahun setelahnya, industri film Indonesia mulai menemukan titik terang. Pasalnya pada 30 Maret 1950, untuk pertama kali sebuah film diproduksi oleh perusahaan Indonesia dan disutradarai oleh orang Indonesia, H. Usmar Ismail.
Film tersebut berjudul Darah dan Doa (The Long March of Siliwangi) dan diproduksi oleh perusahaan film milik H. Usmar Ismail, Perfini. Tanggal 30 Maret mengacu pada hari pertama pengambilan gambar Darah dan Doa.
Film tersebut mengangkat kisah mengenai ideologi dari orang-orang Indonesia ketika memperjuangkan kemerdekaan tanah air. Pada era presiden BJ Habibie, 30 Maret ditetapkan sebagai Hari Film Nasional. Keputusan ini termaktub dalam Keputusan Presiden Republik Indonesia (Keppres RI) Nomor 25 Tahun 1999 tentang Hari Film Nasional yang ditandangani oleh presiden ketiga itu.
Tahun ini, Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemendikbudristek) melalui Direktorat Perfilman, Musik, dan Media mengangkat slogan bertajuk "Beragam Filmnya, Ramai Penontonnya". Momentum ini diharapkan dapat menunjukkan apresiasi lebih atas produksi film di Indonesia.
Komentar
Posting Komentar