Short History Aksara Mbojo (Bima)




Sejarah Umum
 
Aksara Bima merupakan salah satu warisan kebudayaan Bima. Aksara Bima atau  disebut juga aksara Mbojo adalah aksara yang digunakan dikawasan Bima, Nusa Tenggara Barat. Aksara Bima dapat merujuk pada dua bentuk aksara, yaitu aksara Bima/mbojo yang berbentuk mirip aksara lontara/bugis, dan aksara Bima kuna. Aksara Bima digunakan untuk menuliskan bahasa Bima (Nggahi Mbojo) yang dituturkan di timur pulau Sumbawa.

Terkait aksara Bima, tentu ini tidak dapat dilepaskan dari sejarah Kerajaan Bima itu sendiri. Sebuah kerajaan yang terletak di Pulau Sumbawa. Meskipun tidak setenar kerajaan lain di Indonesia, namun Kerajaan Bima juga memegang peranan penting terhadap tumbuh kembang sejarah kerajaan-kerajaan di Indonesia. Ini tidak lepas juga dari kedekatan antara kerajaan Bima dan Gowa-Tallo. Itulah juga sebabnya, ada kemiripan antara aksara Bima dan aksara Bugis-Makassar.

Menurut sejarah, tradisi tulis menulis di Kerajaan Bima telah berlangsung sejak abad ke-14, dari sebelum datangnya Islam. Hal ini terus berlanjut hingga awal abad ke-20.
Setelah Islam masuk ke Bima, kerajaan Bima beralih menjadi kesultanan. Sultan Bima II memerintahkan segala bentuk kegiatan tulis menulis beralih kepada menggunakan aksara arab dan bahasa melayu, hal ini dilakukan untuk memperlancar komunikasi sehubungan dengan berkembangnya hubungan kesultanan Bima dengan kerajaan-kerajaan lain di nusantara.

Sebagian masyarakat Bima dan seorang ahli yaitu Henry Chambert-Loir beranggapan bahwa aksara Bima itu tidak ada karena aksara dan bahasa Bima itu sendiri tidak digunakan sebagai bahasa tulis resmi yang umum digunakan di kerajaan Bima dimasa tersebut. Namun hal ini nyatanya tidak benar karena dalam kelanjutan penelitian, banyak naskah-naskah ditemukan menggunakan aksara Bima dan Jawi/Arab secara berdampingan.

Pada tahun 1987, setelah penelitian panjang, Hj. Siti Maryam R. Salahuddin (yaitu puteri dari Sultan Bima ke-14, Sultan Muhammad Salahuddin) menemukan catatan mengenai aksara Bima di Perpustakaan Nasional Indonesia di Jakarta, yaitu selembar dokumen seorang peneliti belanda, H Zollinger dan juga catatan aksara Bima dari Raffles didalam bukunya History of Java. Kedua tokoh ini diketahui pernah melakukan perjalanan dan penelitian di Bima. Catatan yang memuat aksara Bima ini hanya sedikit yang ditemukan, diantaranya ditemukan di Museum Samparaja Bima dan Perpustakaan Nasional Indonesia[1].

Aksara Bima/Mbojo

Setelah penelitian panjang Hj. Siti Maryam R. Salahuddin hingga akhirnya pada 1987 membuahkan hasil berupa ditemukannya catatan aksara Bima oleh Raffles dan Zollinger dari Perpusnas RI. Pada tahun 1990-1991 J. Noorduyn seorang guru besar yang juga merupakan ahli bahasa dan aksara bugis dari Universitas Leiden Belanda datang ke Mataram khusus untuk menemui Hj. Siti Maryam R Salahuddin dengan membawa selembar dokumen lontar, berpedoman dengan catatan yang beliau temukan pada tahun 1987 di Perpusnas RI, dokumen tersebut kemudian diteliti dan kemudian diketahui bahwa naskah tersebut berbahasa Bima[1].
https://writingtradition.blogspot.com/2017/01/yuk-mengenal-aksara-bima-lebih-mendalam.html

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Membuat Replika Rangka Manusia Kelas 6 - SDN 16 Salama

Uji Coba OSN-Provinsi Bidang IPA Jenjang SD Tahun 2024 - SDN 16 Salama

Puisi Mbojo "Rakapu Kananu" Karya N. Marewo